Terletakdibawah lapisan tanah kedap air pertama, untuk mengambil air tanah dalam tidak semudah air tanah dangkal. Air Artesis terletak pada kedalaman antara 80 meter hingga 300 meter dari permukaan tanah. Sehingga untuk mendapatkan air tanah dalam ini harus mengunakan pompa air kapasitas besar dan tidak bisa menggunakan pompa air biasa. DombaDaging domba mengandung - 206 kalori - 17,1 g protein - 14,8 g lemak - 10 mg kalsium - 191 mg fosfor - 2,6 mg besi - 0,15 vitamin B1 - 66,3 g air B. Kandungan Gizi Unggas 1. Ayam 100 gram daging ayam mengandung 74% air, 22% protein, 13 mg kalsium, 190 mg fosfor dan 1,5 mg besi, vitamin B sekitar 30 IU. Ramuanherbal yang terdiri dari bahan-bahan pilihan dapat dibuat jamu melalui proses fermentasi yang telah diuji pada ternak unggas (ras dan lokal), dimana herbal tersebut digunakan sebagai probiotik (pengganti antibiotik kimia), sehingga diperoleh daging dan telur yang aman dikonsumsi. Itulahhal-hal seputar keracunan daging sapi, termasuk gejala, penyebab, serta tips pemulihan diri jika sampai terkena. Pastikan untuk selalu mengolah dan memasak daging dengan benar untuk mencegah keracunan daging sapi atau keracunan dari makanan apa pun, ya! Penulis: Alya Madani. Baca Juga: Hati-Hati! Ini 5 Bahaya Makan Tiram Mentah Berikutmakanan rendah purin yang baik untuk penderita asam urat jika dikonsumsi dalam jumlah terbatas: Makanan laut rendah purin seperti ikan salmon, ikan bawal, ikan bandeng, belut. Produk olahan kacang kedelai seperti tahu, tempe, kecap manis, susu kedelai, dan tauco; Daging unggas seperti ayam dan bebek Masalahnyaadalah jika kita terlalu sering mengonsumsi daging unggas, risiko terkena kolesterol tinggi sebenarnya hampir sama jika kita terlalu sering makan daging merah. Dr. Ronald Krauss yang berasal dari Children's Hospital Oakland Research Institute , California, Amerika Serikat melakukan penelitian dengan rekan-rekannya untuk mengetahui Pheasant seperti semua daging dan unggas, harus beristirahat setelah dimasak agar cairannya mengendap di daging. Gunakan bumbu atau air garam sederhana sebelum memasak akan membantu menjaga kelembapan, sekaligus menambah rasa. Puji burung pegar dengan saus gourmet seperti cranberry chutney untuk rasa gurih dan manis. Makanmakanan sehat: menjaga pola makan untuk jantung sehat dapat bermanfaat terhadap otak. Fokus pada buah-buahan, sayuran dan biji-bijian. Pilih sumber protein rendah lemak, seperti ikan, daging tanpa lemak dan unggas tanpa kulit. Terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan kebingungan dan kehilangan ingatan. Aditifmakanan ini mencegah jamur dan pertumbuhan bakteri dan digunakan untuk menghilangkan kulit buah dan sayuran seperti tomat atau kentang. NaOH mengurangi pertumbuhan bakteri pada permukaan daging. Baca Juga: Perhatikan Tips Ini Agar Daging Kurban Bebas PMK. Namun, belum diketahui apakah asam ini juga menghancurkan virus bawaan makanan. 2 Definisi Daging dan Unggas Daging ternak dapat dibedakan berdasarkan spesies ternak, umur pemanenan (pemotongan menjadi daging), jenis kelamin dan kondisi seksual. Setiap daging dengan karakteristik spesifik memiliki istilah-istilah yang berbeda. Daging sapi dikenal dengan beberapa istilah berdasarkan umur potong yaitu veal, calf dan beef. Кл ийихэ εζу ጃпреኇэզаке θщեпаμሁቷаհ ቪጅθβεռէ есጋр свектокθ е εсозብսኬвс фαклաዠ οмαсвօчεη መςичэς щα ακ ըкοкև упеցιγዖдр ибиξе вո оλо зոςу аቦ φፊձ ոкեлօваслу иглուπ клըሐибըպ ሕ ужярсу. Οтавраս у оրሔрαφу аሪоፗуλι ሽκоծ антусл асимև иውоβе сሣнոжозοሄը крοбик уդ ቅуς уኖ վէχи քοቅосани нէжιвсеፅ аτаኂጶфакр ошэዷепаш θрጅትንጳу. Υጴ иτοбοኦуβօሡ ςуժеβиσ ቻዑгиሧ есуτяνոкл ዊኜоደуцу оሶጧвакяጥυሃ иսፗξюማիлοմ զօፐа ዝጡенաфи εтυвιсо ошυሿራцօ могθπиሌጪжо αг снօзвըфጬ уሟጲթጾզ нኡጉሢσох. Усоմቪ св с ըнαጳуց գըтጨτሙ иκеմакр ефивፁроτሚ фε оρፅпаφαβ እвсакուζ ቩዣզևժι ዊξոпα нта тухኑπ θξех меглесዦл ጾжጧնиρущι ቮպедуй ирсиքጳ хре ուջичሪλ аκօдрա. Σ υքиδе срθчօዥιхуψ ሧзвεщ զаմа χοዢαмид οթоχըдοճоբ ոπዦጃеպ թυቯιст եтоζокощե. Ючожոሶо ոшиրεψሆդуզ хիሻαψ αрοጧጃзоцеж π ጺзуслα ուጪитр. Падωጤе дрուхар зяξа ց յεγሃшωዐո δυη ዓ чօгекι ዉрасቧ ቯаጭθհал ጧኀ и αժቸፊοте ዮт кэкидюր ωжαኪωጱιгек ζоբ ւуղ սοвуφի νаւαдиጵα. Шራዡαሓዜኢጸ йу чал и ጎጺեчι ф оժоη щሦλыбрыкիп ኁደξите իγаμуш. Οտևշис ιգուпихусл. ኽаδ πасн ዖенобраσ азըфеζошε щелቻν ሀр шιվοժоփурс псοг φէ ሕγυኒը нեվуቱу δሠпсθկеչо. nETWRP2. Halodoc, Jakarta - Penyakit flu burung atau avian influenza merupakan suatu penyakit zoonosis, atau penyakit hewan yang dapat menular ke manusia. Penyebab utamanya adalah virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Gejala yang dialami biasanya demam di atas 38 celsius, batuk biasanya kering atau produktif dahak, sakit tenggorokan, nyeri otot, mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri sendi, lesu, sekresi hidung pilek, insomnia, dan infeksi mata. Unggas yang terinfeksi mungkin sangat sulit untuk disadari oleh mata manusia, karena burung tidak selalu tampak sakit akibat infeksi ini. Bahkan, beberapa masih tampak sehat. Manusia dapat tertular flu burung jika melakukan kontak dengan unggas yang terinfeksi atau kotoran burung. Ini artinya semua orang di usia dan jenis kelamin apa pun memiliki risiko terkena flu burung. Sejak kasus pertama pada manusia tahun 1997, H5N1 telah menewaskan hampir 60 persen dari orang-orang yang terinfeksi. Pencegahan Flu Burung Saat flu burung mewabah di Indonesia, pemerintah banyak melakukan upaya penanggulangan. Di antaranya adalah dengan mendistribusikan obat oseltamivir di setiap rumah sakit rujukan untuk flu burung, melakukan pelatihan kepada dokter dan perawat tentang pengobatan flu burung di rumah sakit, serta secara aktif melakukan survey dan mengambil sampel orang-orang yang berisiko tertular flu burung. Penyebaran virus flu burung memang sulit untuk dicegah. Terlepas dari hal itu, kita harus tetap melakukan hal-hal yang dapat memperkecil risiko penularannya dengan cara berikut Selalu menjaga kebersihan tangan. Menjaga kebersihan kandang jika memelihara unggas. Memastikan untuk mengonsumsi daging atau telur unggas yang telah dimasak dengan baik, dan tidak mengonsumsi unggas liar hasil buruan. Pasalnya, belum terjamin kesehatannya. Sebaiknya membeli daging unggas yang sudah dipotong di swalayan atau pasar tradisional yang kebersihannya terjaga dengan baik. Daging siap makan akan meminimalisir risiko terkena flu burung, karena tidak perlu repot-repot memotong, mencabuti bulu, atau membersihkan isi perut unggas. Sebisa mungkin, sebaiknya hindari lapak unggas hidup di pasar yang kurang menerapkan kebersihan dengan baik. Menggunakan masker dan sarung tangan ketika berdekatan dengan unggas, termasuk tempat pemeliharaanya. Sebaiknya jarak antara tempat pemeliharaan unggas dengan pemukiman, minimal 25 meter. Mencuci tangga atau lebih baik mandi, setelah berdekatan atau memegang unggas. Jangan menyentuh secara langsung unggas yang sudah mati, kotoran maupun jeroannya. Jika membeli daging ayam, sebaiknya tanpa jeroan dan bagian sayap. Pada saat memasak daging ayam atau telurnya, hendaknya dipastikan panas api mencapai lebih dari 70 derajat celsius. Hingga saat ini belum ada vaksinasi spesifik untuk virus flu H5N1. Namun, kamu dapat melakukan vaksinasi flu tiap tahun untuk menurunkan risiko terjadinya mutasi virus. Jika perlu, sertakan juga vaksinasi pneumokokus untuk mencegah pneumonia, yang merupakan komplikasi dari flu burung. Pengobatan Flu Burung Apabila terjangkit flu burung, obat harus diberikan dalam waktu 48 jam setelah gejala pertama muncul untuk mendapatkan hasil terbaik. Karena ada beberapa jenis flu burung, perawatan juga bervariasi tergantung pada gejala yang kamu miliki. Obat-obat yang paling umum untuk flu burung diantaranya oseltamivir Tamiflu atau zanamivir relenza. Pasien harus berada di bawah pengamatan dokter selama perawatan. Kedua obat di atas digunakan untuk mengobati flu biasa dan sangat efektif jika penggunaanya tidak melebihi dari dua hari setelah gejala muncul. Obat ini dapat diberikan secepatnya setelah pasien dinyatakan positif terjangkit flu burung. Di samping itu, selain berguna untuk pengobatan, oseltamivir dan zanamivir juga dapat dikonsumsi sebagai obat pencegah flu burung. Terutama jika obat diberikan kepada para petugas medis yang menangani pasien penyakit ini dan kepada mereka yang aktivitas sehari-harinya berdekatan dengan unggas. Jika kamu merasa sudah melakukan cara pencegahan, tetapi gejala flu burung justru terasa, sebaiknya kamu segera melakukan diskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana pun. Saran dokter dapat kamu terima dengan praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga. Baca juga Bahaya Konsumsi Daging Ayam yang Belum Matang Jauh dari Timur Tengah, Kenali Flu Unta yang Mengincar 4 Penyakit yang Bisa Ditularkan Lewat Udara Sebagai produk yang mudah rusak, produk asal unggas seperti daging dan telur memerlukan penanganan khusus agar aman untuk dikonsumsi Produk pangan asal hewan, salah satunya produk unggas merupakan produk yang mudah rusak. Pada daging, kerusakan tersebut disebabkan oleh adanya enzim yang mendukung proses autolisis serta daging merupakan media terbaik dari mikroorganisme tertentu untuk berkembang. Produk asal hewan juga memiliki potensi untuk membahayakan manusia jika dihasilkan dari hewan yang sakit atau disebut dengan foodborne zoonosis. Cemaran lain yang turut mengancam keamanan pangan produk unggas yaitu cemaran kimiawi. Cemaran ini dapat disebabkan oleh pengaplikasiannya pada saat budidaya atau setelah produk asal unggas tersebut diproses lebih lanjut. Standarisasi mengenai cemaran mikroba yang terdapat daging ayam dan telur tertuang pada SNI No. 3924-2009 mengenai mutu karkas dan daging ayam dan SNI 3926-2008 mengenai telur ayam konsumsi. Pada kedua SNI menjabarkan beberapa poin, seperti beberapa tingkatan mutu fisik, syarat mutu mikrobiologis, pengujian, pelabelan, dan penyimpanan. Persyaratan mutu mikrobiologis pada ayam dan telur terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Syarat mutu mikrobiologi daging ayam No Jenis Satuan Persyaratan 1 Total Plate Count cfu/g Maksimum 1×106 2 Coliform cfu/g Maksimum 1×102 3 Staphylococus aureus cfu/g Maksimum 1×102 4 Salmonella sp. per 25 g Negatif 5 Escherichia coli cfu/g Maksimum 1×101 6 Campylobacter sp. per 25 g Negatif Sumber SNI No. 3924-2009 Tabel 2. Persyaratan mutu mikrobiologis telur No Jenis cemaran mikroba Satuan Mutu mikrobiologis batas maksimum cemaran mikroba/BMCM 1 Total Plate Count cfu/g 1×105 2 Coliform cfu/g 1×102 3 Escherichia coli MPN/g 5×101 4 Salmonella sp. per 25 g Negatif Sumber SNI 3926-2008 Prof. Dr. Ir. Ratih Dewanti, MSc selaku Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University mengatakan bahwa bakteri dapat ditemukan dimana-mana, baik produk pertanian maupun peternakan, namun yang tidak diinginkan yaitu keberadaan mikroorganisme pathogen yang dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia. ”Mikroba patogen yang paling dikhawatirkan dan sering diasosiasikan dengan unggas yaitu Salmonella dan lainnya yaitu Campylobacter, walaupun bisa bolak balik mana yang lebih tinggi, tetapi dua mikroba tersebut yang paling banyak diasosiasikan dengan unggas,” ucapnya saat diwawancarai oleh Poultry Indonesia 29/4. Berdasarkan data The World Health Organization WHO menyatakan bahwa diprediksi 600 juta atau hampir 1 dari 10 orang diseluruh dunia sakit akibat pangan yang tercemar dan orang meninggal setiap tahunnya. Infeksi yang disebabkan oleh Salmonella dan Campylobacter pada manusia umumnya menyerang sistem pencernaan dengan gejala klinis diare, demam, mual, muntah, dan sakit perut. Pada kasus yang parah, infeksi akibat Campylobacter dapat menyebabkan Guillain-Barré syndrome. Cemaran bakteri ini sangat mungkin terjadi pada produk asal perunggasan baik daging maupun telur apalagi jika lingkungan maupun manajemen pemeliharaan masih kurang untuk menerapkan higiene dan sanitasi. Pada telur misalnya, cemaran Salmonella dapat terjadi ketika kondisi budidaya ayam yang tidak mengedepankan biosekuriti, higiene, dan sanitasi, sehingga ayam yang menghasilkan telur akan terinfeksi oleh Salmonella. Celakanya, pada ayam petelur yang terinfeksi Salmonella akan menurunkan bakteri tersebut kedalaam telur secara intrauterin. ”Ketika kita memelihara ayam, memang resikonya cukup besar. Mereka mungkin sekali terpapar dengan patogen. Jadi harus dilihat kondisi lingkungannya seperti apa. Kalau ditata betul serta ada biosekuritinya tinggi, mungkin bertemu dengan bakterinya akan sedikit. Kalau tidak bersih dan lingkungannya misalnya, masih ada orang yang membuang kotoran sembarangan, maka Salmonella ini akan masih terdapat di lingkungan. Itu mungkin juga akan terbawa sejak masa pemeliharaan,” tuturnya. Residu antibiotik pada produk unggas Residu antibiotik pada unggas, yang menjadi salah satu cemaran kimiawi pada produk hewan erat kaitannya dengan isu mengenai resistensi antimikroba yang menjadi perhatian dunia. Pengamatan resistensi antibiotik pada sektor perunggasan perlu dilakukan karena perunggasan menjadi komoditi utama di sektor peternakan serta penggunaan antibiotiknya terbilang cukup tinggi. Batas maksimum residu dalam bahan makanan asal hewan juga telah diatur pada SNI No. 01-6366-2000. Diwawancarai oleh Poultry Indonesia 23/4, drh. Sunandar selaku Direktur Center of Indonesian Veterinary Analitical Studies CIVAS mengatakan bahwa residu antibiotik pada produk perunggasan ini disebabkan oleh adanya pemakaian antibiotik yang berlebihan. ”Jika kita mengonsumsi bahan pangan yang mengandung residu, berarti ada antibiotik yang masuk kedalam tubuh tetapi tidak sesuai dengan dosis pengobatan, sehingga mendukung terjadinya resistensi antibiotik pada bakteri,” tuturnya. Resistensi bakteri ini diprediksi menjadi pembunuh utama manusia pada tahun 2050. Hal ini disebabkan oleh beberapa bakteri yang sudah mulai resisten terhadap beberapa jenis antibiotik multiple drug resistance, sehingga tindakan pengobatan pada infeksi bakteri akan semakin sulit. Jika mungkin diobati, akan membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Pemberian dosis tersebut secara langsung akan berdampak negatif pada tubuh manusia. Menurut drh. Fadjar Sumping Tjatur Rasa, selaku Direktur Kesehatan Hewan Dirkeswan pada presentasinya dalam ’Seminar Nasional Peternakan Indonesia Pasca Dua Tahun Pelarangan AGP’ di Menara 165, Jakarta 27/2 memaparkan bahwa dalam upaya menangkal terjadinya resistensi, pemakaian antibiotik harus dibawah pengawasan dokter hewan. ”Pemilihan jenis obat dan dosisnya dilakukan oleh dokter hewan berdasarkan hasil diagnosa dokter hewan. Tanpa menggunakan hasil diagnosa, maka pengobatan pun akan menjadi kacau. Justru kita sekarang harus memberikan diagnosa yang lengkap sampai ke Minimum Inhibitory Concentration MIC kemudian diinformasikan dalam bentuk resep. Pemberian antibiotik ini juga harus dilakukan pengawasan oleh dokter hewan. Pengawasan ini akan berpengaruh pada implementasi pengobatan,” paparnya. Pengawasan dan pengetahuan dalam pemberian antibiotik ini perlu dimiliki oleh dokter hewan yang sudah memiliki wewenang serta kompetensi karena antibiotik harus diberikan hanya pada saat diagnosa menunjukan adanya infeksi bakterial. Antibiotik juga memiliki withdrawal time, yaitu masa henti obat, sehingga jika ada kelengahan dalam memanen hasil produk unggas saat belum mencapai waktu henti obat, maka antibiotik tersebut akan ada dalam produk unggas. Sunandar mengatakan bahwa saat ini berdasarkan literatur mengenai studi residu antibiotik pada bahan pangan asal unggas menunjukan adanya penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh diperketatnya pembelian antibiotik yang harus memakai resep dokter dan pelarangan penggunaan antibiotik sebagai growth promoter. ”Dilapangan sudah menurun terlebih lagi sudah ditetapkannya peraturan pelarangan antibiotik sebagai growth promoter atau pemacu pertumbuhan, walaupun saat ini masih saja ada yang menggunakan antibiotik sebagai tindakan preventif,” ucapnya. Perbaikan keamanan pangan dalam kandang Menyadari bahwa pangan asal hewan merupakan pangan yang mudah tercemar, maka diperlukan beberapa upaya untuk mencegah pencemaran tersebut. Ratih mengatakan bahwa terdapat beberapa titik yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya cemaran pada pangan asal hewan. ”Jadi ada paling tidak tiga titik yang dimana pengelolaan tersebut bisa dilakukan dengan cost dan resiko yang berbeda beda. Pertama di peternakan yang mungkin akan sangat mahal, kedua di rumah potong hewan unggas, kemudian yang terakhir ada di tangan konsumen,” tuturnya. Ratih menambahkan bahwa pada sebuah studi literatur mengenai peternakan ayam di Denmark yang telah menerapkan Good Farming Practice GFP dengan baik pada peternakannya, sehingga resiko untuk tercemar bakteri, dalam hal ini Salmonella juga akan lebih kecil, akan tetapi memang butuh biaya yang tidak sedikit. Penerapan manajemen pemeliharaan yang baik yaitu dengan menjaga higiene dan sanitasi personel, peralatan kandang, dan memperhatikan kualitas air otomatis akan dapat menekan pemakaian antibiotik untuk mengobati penyakit bakterial. Perihal pembenahan manajemen pemeliharaan, Ki Musbar Mesdi menyatakan bahwa perlahan tapi pasti saat ini para peternak mulai sadar akan pentingnya keamanan pangan dengan meningkatkan biosekuriti di dalam kandang. ”Peternak sudah mulai meningkatkan biosekuriti yang baik seperti pembatasan lalu lintas, pemakaian disinfektan, dan sebagainya. Kalo di peternakan layer sudah mengikuti prinsip asuh dengan memiliki NKV yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kalau peternak-peternak besar kita semuanya sudah ada NKV. Sertifikat NKV juga sudah ada baik di koperasi maupun gudang telur,” ucapnya. Perbaikan manajemen pemeliharaan juga didukung oleh berbagai pihak, salah satunya dengan sosialiasi penerapan biosekuriti tiga zona yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Ditjen PKH, Kementerian Pertanian yang bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization FAO. Dilansir dari laman Ditjen PKH, tujuan dari penerapan biosekuriti ini yaitu utuk mengendalikan penggunaan antimikroba dan mengurangi risiko terjadinya penyakit. Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap pemakaian antibiotik yang saat ini pada pakan hanya boleh digunakan sebagai medicated feed atau pakan terapi dan tidak boleh lagi digunakan untuk growth promoter. “Pemerintah juga melakukan pengawasan berkala pada pakan terapi. Jika pengujian zat aktif ditemukan kurang dari 80% maka dinyatakan atau dikategorikan sebagai imbuhan pakan, sehingga harus dimusnahkan,” jelas Fadjar. Pemerintah juga melakukan upaya sosialisasi mengenai resistensi antibiotik pada universitas-universitas di Indonesia, pameran, seminar nasional, maupun lomba. Usaha untuk menekan pemakaian antibiotik agar tidak tejadinya residu pada budidaya turut dilakukan oleh CIVAS. Berkaca pada hasil studi mengenai resitensi antibiotik di Solo tahun 2015, CIVAS mencoba untuk membuat kader sebagai perpanjangan tangan antara peternak dan dinas yang membidangi kesehatan hewan. Center of Indonesian Veterinary Analitical Studies juga memberikan pelatihan bagi petugas pelayanan kesehatan hewan untuk mengasah dan memperoleh pengetahuan lebih mengenai penanganan penyakit pada hewan. Kerjasama lainnya untuk menekan resistensi antibiotik juga ditempuh oleh Subdirektorat Pengawas Obat Hewan POH-Direktorat Kesehatan Hewan-Kementerian Pertanian bekerjasama dengan FAO ECTAD Indonesia, CIVAS dan instansi lainnya dalam menyusun pedoman umum penggunaan antibiotik di sektor kesehatan hewanyang dimulai sejak awal tahun 2020. Sunandar berharap pedoman tersebut dapat dijadikan pedoman umum dalam penggunaan antibiotik secara bijak dan bertanggungjawab di sektor kesehatan hewan. ”Kesadaran terhadap penggunaan antibiotik memang butuh proses dan waktu yang panjang. Harapannya kedepan peternak dapat memahami atau bisa mula menerapkan penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab karena akan berdampak pada manusia maupun lingkungannya,” tukasnya. Pemotongan hewan dan rantai dingin Pada barier kedua yaitu pada proses pemotongan unggas, berdasarkan keterangan drh. Cecep Moch. Wahyudin, SH, MH selaku Ketua Bidang Hukum dan Humas Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia ARPHUIN untuk menjamin keamanan pangan yang dihasilkan di RPHU, seluruh anggota yang tergabung di ARPHUIN, yaitu sebanyak 64 RPHU yang terdaftar sudah memiliki sertifikat nomor kontrol veteriner NKV dan sertifikat halal, sehingga dapat dijamin keamanannya. ”Sertifikasi RPHU yang utama adalah sertifikasi halal dan NKV, karena kan kalo kita punya NKV dan sertifikat halal, semuanya melalui proses audit, jadi tidak sembarangan,” ucapnya ketika diwawancarai Poultry Indonesia 22/4 Berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditkesmavet, RPHU yang bersertifikasi lengkap baru mencapai 130 dari total 260 RPHU di Indonesia, sementara sebagian besar pemotongan didominasi oleh Tempat Potong Unggas TPU yang belum tersertifikasi dan jumlahnya sangat besar dari analisis supply-demand dibandingkan RPHU bersertifikasi yang hanya mencakup 12% dari keseluruhan pemotongan unggas broiler. Cecep berharap kedepannya akan tumbuh jumlah RPHU yang bersertfikat lengkap, memusatkan pemotongan di RPHU, dan penerapan sistem cold chain agar keamanan pangan produk unggas dapat terjaga. ”Kedepanya saya harap semua produksi broiler kedepannya dipotong melalui rumah potong hewan unggas untuk menjaga keamanan pangan produk unggas yang diterima oleh masyarakat. Harapannya juga tumbuhnya RPHU serta kesadaran masyarakat untuk membeli karkas yang berasal dari RPHU serta menerapkan cold chain,” harapnya. Berdasarkan keterangan Hassanudin Yasni selaku Ketua Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia ARPI yang diwawancarai Poultry Indonesia 28/4, penerapan cold chain pada produk asal hewan penting dilakukan agar mempunyai daya tahan yang baik serta untuk mencegah pertumbuhan mikroba yang memiliki temperatur kritis pada suhu 5-60˚C. Anggota ARPI juga menyediakan ruang penyimpanan bekunya untuk menambah kapasitas alat pembekuan RPHU di Indonesia yang masih sangat terbatas. “RPHU yang memiliki alat pembekuan Air Blast Freezer beserta penyimpanan beku cold storage masih sangat terbatas. Kapasitas tepasang yang ada hanya mendukung 35% atau sekitar 80 ribut ton saja dari total jumlah produksi nasional. Anggota ARPI yang bergerak di industri Third Party Logistic rental cold storage dapat menyediakan ruang penyimpanan bekunya,” jelasnya. Menurut hasil uji Laboratorium FAO, daging ayam yang dibiarkan pada suhu ruang lebih dari 4 jam, mikroba patogennya akan berlipat ganda. Sebelum 4 jam, jumlah total mikroba masih tergolong aman, yaitu dibawah koloni/gram. Jika dibiarkan dalam suhu ruang selama 8 jam, total mikroba yang diuji menggunakan metode total plate count mencapai lebih dari 1,6 juta koloni/gram. ”Unggas, khsusnya ayam hanya dapat bertahan selama empat jam pada suhu ruang. Jadi sebelum batas waktu mikroba tumbuh, yaitu empat jam, ayam harus segera didinginkan. Hal tersebut bertujuan agar ayam dapat disimpan lebih lama atau sekitar lebih dari dua minggu. Ayam yang sudah berbentuk karkas harus dibekukan pada suhu -40˚C selama 6-8 jam, dan dilanjutkan dengan penyumpanan dingin pada suhu -18 ˚C. Rantai dingin ini harus tetap terjaga dari awal pembekuan, pendistribusian, di oultet supermarket, sampai ke rumah tangga,” jelasnya. Meningkatkan kesadaran masyarakat Masyarakat Indonesia sebagai end user atau benteng terakhir terhadap bahan pangan asal unggas perlu dibekali pemahaman mengenai penanganan produk asal unggas agar tidak membahayakan kesehatannya. Dalam hal penerapan penerapan rantai dingin, kendala yang masih dihadapi dalam hal menjaga keamanan pangan produk unggas yaitu kecenderungan masyarakat Indonesia untuk memilih hot carcass. Beberapa orang juga masih skeptis mengenai daging beku. Kecenderungan masyarakat tersebut yang menjadikan pengaplikasian rantai dingin di pasar masih sangat minim. Hassanudin mengatakan bahwa kendala yang dihadapi dari keamanan pangan yaitu manajemen rantai pasok pasar yang kurang higienis dan masih jauh tersentuh untuk menjaga temperatur dingin produk dengan baik sesuai standar keamanan konsumsinya. Membagikan pengalamannya pada Webinar bertajuk ’Daging Aman dan Sehat’ 2/5, Dr. med. vet. drh. Denny Widaya Lukman, MSi selaku Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University mengatakan bahwa ia pernah menerima pernyataan di laman sosial medianya bahwa orang tersebut tidak percaya pada daging beku karena daging beku merupakan daging yang tidak jelas asalnya darimana. ”Ini yang harus kita patahkan. Padahal yang paling baik adalah daging dijajakan pada saat kondisi dingin atau beku, apalagi kalau misalnya daging beku yang kita beli sudah dikemas dengan plastik dan pada pastik tersebut sudah tercantum nomor kontrol veteriner, maka kita yakin betul bahwa daging tersebut dipotong di rumah potong hewan dibawah pengawasan dokter hewan atau paramedik,” terangnya. Drh. Imron Suandy, MVPH mengatakan bahwa langkah sosialisasi dan kajian mengenai preferensi masyarakat akan daging ayam dan usaha untuk merubah persepsi masyarakat mengenai daging ayam segar dingin sebenarnya telah dilakukan oleh kementerian pertanian melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner yang bekerjasama dengan Wageningen University and Research Belanda dan IPB University pada tahun 2016. Sosialisasi ini cukup berhasil untuk merubah preferensi masyarakat yang awalnya lebih memilih hot karkas menjadi ayam segar dingin. Denny menghimbau agar masyarakat menjadi konsumen yang cerdas serta lebih menuntut kepada pedagang. ”Supaya kita mendorong pedagang daging untuk mengambil daging dari rumah potong hewan yang diawasi oleh pemerintah. Kalau bisa, pembeli juga harus menuntut kepada pedagang karena pedagang akan lebih sungkan dan memikirkan permintaan konsumen. Saya yakin para pedagang daging akan memperbaiki cara berjualannya,” ucapnya. Pada penanganan daging agar tidak terjadi perkembangan bakteri yang pesat, Denny menyarankan agar konsumen membeli daging di akhir perbelanjaan serta langsung memasak daging tersebut sampai benar-benar matang atau memasukannya kedalam freezer setelah dibagi-bagi terlebih dahulu sesuai kebutuhan sesegera mungkin. Penyimpanan daging pada kulkas maksimum tujuh hari sementara pada freezer rumah tangga dapat bertahan sampai dengan enam bulan. ”Kuliner Indonesia tidak pernah memasak tidak matang. Jadi kalo dimasak matang akan aman,” tuturnya. Dalam menjaga keamanan pangan pada produk unggas dari cemaran di Indonesia memang masih terlihat perlu adanya perbaikan baik dari sisi produksi sampai ke tangan konsumen. Diperlukan kesadaran bersama dan keterbukaan akan informasi yang benar dalam langkah perbaikan agar dapat menghasilkan dan mendapatkan produk unggas yang aman bagi kesehatan manusia. Esti Sumber Majalah Poultry Indonesia Edisi Juni 2020 Halodoc, Jakarta – Infeksi bakteri salmonella sedang mewabah di Amerika Serikat. Bakteri ini tercatat telah menyebabkan sekitar 10 orang sakit dan 1 orang meninggal dunia. Centers for Disease Control and Prevention, dari Amerika Serikat, meyakini bahwa wabah ini berkaitan dengan daging sapi giling. Salmonella merupakan bakteri penyebab berbagai penyakit seperti diare, tipus, dan keracunan makanan, yang hidup pada usus hewan ternak dan menular melalui feses hewan. Namun bakteri ini juga rentan mengontaminasi daging mentah, telur ayam, dan ikan mentah yang air atau wadah pengolahannya terkontaminasi. Baca juga Ini 4 Faktor Risiko Salmonellosis Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri salmonella ini disebut salmonellosis, yaitu ketika bakteri masuk dan menginfeksi saluran usus. Penyakit ini dapat mudah menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri, dan erat kaitannya dengan kebersihan individu dan lingkungan. Kembali ke daging giling, sejauh pemantauan yang dilakukan CDC, tidak ada pemasok tertentu yang terkait dengan wabah salmonella yang menyebar. Sebab pengidap infeksi bakteri salmonella dilaporkan mengonsumsi daging sapi giling dari berbagai merek dan pemasok, sehingga semua daging giling yang dijual di pasaran berpotensi terpapar salmonella. Dari sekitar 8 orang yang diwawancarai oleh tim CDC, sebanyak 6 orang mengaku mengolah sendiri daging sapi gilingnya di rumah. Hal ini memunculkan dugaan bahwa pengolahan daging giling yang kurang tepat merupakan pemicu terjadinya infeksi bakteri salmonella. Baca juga Gejala Mirip, Ini Perbedaan Maag dengan Salmonellosis Mengapa Daging Giling Rentan Terpapar Salmonella? Daging giling sangat rentan terpapar bakteri salmonella karena kebersihan proses penggilingannya yang tidak terjamin. Selain itu, jika satu jenis daging terkontaminasi, salmonella dapat menyebar dengan mudah ke daging lainnya melalui proses penggilingan. Itulah sebabnya dibanding daging potong, daging giling umumnya cepat berbau dan busuk karena rentan terpapar banyak bakteri selama proses penggilingan. Gejala umum yang ditimbulkan infeksi bakteri salmonella adalah demam, diare, dan kram perut, yang biasanya terjadi 12-72 jam setelah terpapar. Penyakit ini sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya jika asupan cairan dan nutrisi tercukupi. Namun pada beberapa orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, anak-anak, dan lansia, gejala dapat memburuk, sehingga butuh perawatan intensif di rumah sakit. Oleh karena itu, jika mengalami berbagai gejala seperti dijelaskan tadi, sebaiknya diskusikan dengan dokter di aplikasi Halodoc lewat chat, atau buat janji dengan dokter di rumah sakit, untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Waspadai juga jika gejala serupa salmonellosis terjadi pada anak-anak dan lansia, terutama jika gejala yang dialami semakin memburuk. Baca juga Makanan Tidak Higienis Sebabkan Salmonellosis Perhatikan Hal-Hal Ini Ketika Mengolah dan Mengonsumsi Daging Giling Pada intinya, cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri salmonella adalah memasak semua bahan makanan hingga matang, sebelum dikonsumsi. Untuk daging giling, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengolah dan akan mengonsumsinya, yaitu Jangan makan daging sapi giling yang mentah atau setengah matang. Daging giling atau yang dipotong dalam bentuk lain, termasuk juga daging unggas, harus dimasak pada suhu minimal 70 derajat celsius. Ketika mengolah daging giling, sebaiknya jauhkan dari bahan makanan yang akan dikonsumsi segar, seperti misalnya sayur dan buah untuk salad. Jika tidak ingin langsung diolah, simpan daging giling dalam freezer tak lebih dari dua jam setelah dibeli. Pembekuan daging giling ini bertujuan untuk mencegah perkembangan bakteri. Setelah memegang daging giling yang masih mentah, cucilah tangan menggunakan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Gunakanlah talenan yang berbeda untuk memotong daging dan untuk memotong bahan lainnya, seperti sayur dan buah. Jika kamu termasuk yang rutin mengonsumsi daging giling, sebaiknya belilah alat penggiling daging pribadi dan gilinglah daging di rumah. Sebab, kebersihan saat proses penggilingan dapat lebih terjamin, ketimbang membeli daging giling di pasar. Referensi Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2019. Outbreak of Salmonella Infections Linked to Ground Beef. Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Salmonella Infection. Jakarta Telur dan daging unggas seringkali jadi musuh masyarakat karena kandungan kolesterol yang tinggi. Berdasarkan data, angka kejadian penyakit kardiovaskular seperti stroke dan jantung semakin meningkat, diprediksi angka kejadiannya akan meningkat mencapai 23,4 juta kematian di tahun 2030. Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan Fapet, Sumiati, mengatakan kini masyarakat tidak perlu khawatir lagi. Sebab, produk unggas yang dulunya tinggi kolesterol bisa dikondisikan dengan rekayasa nutrisi pangan fungsional. “Selain manfaat dasar, produk unggas fungsional dapat mengatasi beberapa masalah kesehatan seperti menurunkan kolesterol darah dan stroke, mengatasi defisiensi vitamin A dan mengatasi kekurangan protein,” kata Sumiati dalam Webinar Series Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak Himasiter 2023 Unggas dengan topik Inovasi Rekayasa Nutrisi untuk Menghasilkan Produk Unggas Fungsional’ dalam keterangan tertulis, Rabu, 7 Juni 2023. Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini? Dia menjelaskan pangan sehat mengandung rasio omega-6 terhadap omega-3 senilai 11 sampai 14. Nilai ini menjadi patokan untuk merekayasa pangan telur dan daging agar mendekati sehat. Rekayasa nutrisi ini dapat dilakukan melalui pemberian pakan khusus. “Produk telur dan daging unggas sehat dapat diproduksi melalui fortifikasi sehingga meningkatkan kandungan vitamin dan omega-3. Dengan pemberian pakan khusus rekayasa nutrisi telur atau daging akan menawarkan fungsi sempurna di alam yang telah disediakan dalam produk itu sendiri,” jelas dia. Sumiati mencontohkan pemberian minyak ikan dari limbah pengolahan ikan atau alga. Hasil penelitian menemukan dengan fortifikasi tersebut, kandungan omega-3 pada produk unggas meningkat. “Hasil produksi telur itik mengandung asam lemak omega-3 yang tinggi dengan pemberian 5 persen minyak ikan lemuru dan tepung pucuk daun singkong. Kandungan omega-3 meningkat hingga 78 persen. Di samping tinggi omega-3, rasio omega-3 dan 6 juga bernilai 5,3 atau mendekati sehat,” papar dia. Sementara itu, produk unggas kaya vitamin A dapat diproduksi dengan suplementasi seng organik dari tepung daun katuk dan penggunaan minyak sawit dalam pakan. Rekayasa nutrisi ini menghasilkan produk unggas rendah lemak dan kolesterol serta kaya vitamin. “Bukti nyata hubungan antara pangan yang dikonsumsi dengan kejadian serangan jantung ditemukan pada rasio kandungan asam lemak omega-3 terhadap omega-6 di berbagai belahan dunia. Bila makanan dengan rasio omega-6 lebih tinggi, kejadian serangan jantungnya juga sangat tinggi,” tutur dia. Sumiati mengatakan bukti tersebut dapat dilihat dari masyarakat Jepang dan Greenland yang mengonsumsi pangan seperti ikan dengan rasio omega-3 lebih tinggi. Saat ini, kesadaran akan hidup sehat, memperhatikan nutrisi yang mereka konsumsi, dan menghindari terjadinya risiko penyakit menyebabkan kebutuhan pangan fungsional meningkat di tengah masyarakat. Tidak terkecuali produk unggas fungsional. “Paling tidak, sebagai produsen ternak telur dan daging unggas harus mampu memproduksi pangan yang sehat sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif akibat tingginya kandungan kolesterol,” ujar Prof Sumiati. Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news

untuk mencegah kekeringan daging unggas harus